LISBON (RIAUPOS.CO) - Pemain "buangan" dari Paris Saint Germain (PSG), Kingsley Coman, menjadi senjata mematikan yang membunuh mantan klubnya tersebut dan membawa Bayern Muenchen juara Liga Champions 2019/2020. Coman mencetak gol tunggal menit ke-59 dan memupus upaya PSG untuk meraih gelar perdananya.
Sementara bagi Muenchen, ini adalah gelar Liga Champions (termasuk saat masih bernama Piala Champions) keenam mereka. Yang menarik, pelatih Hans-Dieter Flick, pelatih yang belum banyak dikenal, mampu membawa Muenchen meraih treble setelah sebelumnya juara Bundesliga dan Piala Jerman. Suatu hal yang tak bisa dilakukan pelatih Josep Guardiola saat menangani tim ini.
Dalam final yang berlangsung di Stadion Da Luz, Lisbon, Portugal, Senin (24/8/2020) dini Muenchen tampil lebih dominan meski PSG juga mendapat banyak peluang emas.
PSG dan Muenchen menampilkan laga yang sengit bertabur peluang sejak babak pertama. PSG yang sempat ditekan pada 10 menit awal justru mendapat peluang emas lebih dulu melalui Neymar pada menit ke-18 yang masih mampu dihalau Manuel Neuer dengan kaki.
Pada menit ke-22, Bayern mendapat peluang emas. Tembakan Robert Lewandowski sambil memutar badan tak dapat dijangkau Keylor Navas, tetapi masih mengenai tiang gawang.
Dua menit berselang, kerja sama Neymar, Ander Herrera, dan Angel Di Maria yang diakhiri tembakan ke gawang oleh gelandang Argentina itu hanya menghasilkan tendangan gawang.
Muenchen kembali memiliki peluang emas kedua dari Lewandowski pada menit ke-32. Sundulan dari jarak dekat masih bisa diantisipasi Navas.
Pada menit akhir waktu normal giliran Mbappe yang menyia-nyiakan peluang. Mendapat bola di depan gawang, penyerang Perancis itu melepas tembakan yang lemah dan tak menyulitkan Neuer.
Babak kedua dimulai kedua kesebelasan kembali saling tekan. Muenchen masih dominan dalam penguasaan bola, sementara PSG mencoba tampil efektif.
Laga mendadak panas pada menit ke-51 karena insiden antara Serge Gnabry dan Neymar yang menyebabkan bintang PSG tersebut jatuh. Leandro Paredes yang tak terima dengan perlakuan Gnabry pada Neymar menarik kaus sayap asal Jerman itu. Gnabry dan Paredes mendapat kartu kuning.
Menit ke-59 Muenchen mencetak gol. Sebuah serangan yang dibangun dengan tenang berakhir dengan sundulan Kingsley Coman ke gawang PSG. Kendati dikawal Thilo Kehrer, Coman mampu menuntaskan umpan Joshua Kimmich dengan baik.
Setelah unggul 1-0, Muenchen seperti menemukan celah di lini belakang PSG. Beberapa kali umpan dari sayap mengancam gawang Keylor Navas. Beruntung Les Parisiens memiliki Presnel Kimpembe dan Thiago Silva sebagai bek tengah yang sigap menghalau bola-bola berbahaya.
PSG mencoba merespons dengan memasukkan Marco Verratti dan menarik keluar Paredes. Tidak ada perubahan instan, Muenchen masih menguasai bola, tetapi PSG sempat melepas ancaman melalui umpan Di Maria yang gagal dituntaskan Mbappe.
Keunggulan 1-0 tak membuat Muenchen merasa aman. Hansi Flick kemudian memasukkan Ivan Perisic dan Philippe Coutinho untuk menggantikan Coman dan Gnabry pada menit 68.
Menit ke-69 umpan Di Maria kembali gagal menjadi assist karena tembakan Marquinhos masih mampu diblok Neuer. Sementara aksi individu Mbappe pada menit ke-72 masih mampu dihentikan pemain-pemain belakang PSG.
Di tengah upaya PSG mengejar ketertinggalan, Lewandowski muncul mengancam gawang juara Ligue 1 itu lewat tendangan yang masih melebar pada menit ke-82. Semenit berselang, tendangan bebas Coutinho pun masih menyamping dari gawang PSG
Upaya PSG tak kenal henti. Memasuki waktu tambahan peluang Neymar di dalam kotak penalti masih melenceng dari gawang. Skor 1-0 untuk Bayern bertahan hingga wasit Daniele Orsato meniup peluit panjang.
Saat pertandingan berakhir, terlihat para pemain PSG terpukul di tengah kegembiraan hampir semua pemain Muenchen. Maklumlah, mereka menunggu momen juara setelah sekian tahun menunggu. PSG yang dibangun secara instan dalam sepuluh tahun belakangan dengan mendatangkan banyak bintang, salah satu yang diincar adalah juara Liga Champions.
Pelatih Thomas Tuchel yang cedera kaki tak bisa berbuat apa-apa dan hanya duduk di kotak depan bangku cadangan saat seluruh anak buahnya bersedih. Kamera layar kaca memperlihatkan Di Maria, Thiago Silva, Marquinhos, dan yang lainnya meneteskan air mata.
Pemain yang paling terlihat terpukul adalah Neymar. Dia terlihat menangis sesenggukan dan lama ditenangkan oleh bek Muenchen asal Austria, David Alaba. Neymar memang pantas sedih karena jika PSG juara, hampir pasti dia bisa akan meraih gelar pemain terbaik dunia dan keluar dari bayang-bayang Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.
Sumber: BEIN Sport/CNN/Soccerway/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun